Sunday, April 12, 2009

INDERAJA, Alternatif Perbaiki Hutan

Tingkat kerusakan hutan saat ini bisa dikategorikan cukup parah. Akan tetapi cara penanggulangan untuk meminimalisir tingkat kerusakan hutan tersebut nampaknya belum optimal. Oleh karena itu Himpunan Mahasiswa Geomatika, adakan Simposium yang bertajuk Menyusun Arah Kebijakan Hutan yang Ideal Berbasis Pencitraan Jauh, pada hari Selasa, (24/3). Dalam acara simposium nasional tersebut dipaparkan alternatif cara untuk menyelamatkan hutan dengan teknologi penginderaan jauh.
Pasca Sarjana, ITS Online - Menurut Bambang Catur Nusantara, Direktur Ekskutif WALHI Jawa Timur dalam Simposium ‘What Can We Do for Indonesian Forest’ yang diadakan oleh Himpunan mahasiswa Teknik Geomatika,Selasa (24/3) tingkat kerusakan hutan di Indonesia terutama di Jawa Timur cukup parah. ”Hutan di Jawa Timur, mengalami degradasi yang cukup parah hal ini pun semakain diperparah dengan pengelolaan hutan yang buruk,” tutur pria yang kerap disapa Catur ini.

Menurut pengamatan WALHI, sejauh ini Masih belum ada tingkat penyelamatan secara radikal oleh instansi terkait ”Adapun tingkat penyelamatan hutan itu sendiri masih hanya sebatas kesadaran masyarakat sekitar,” tambah Catur.

Menurut Prof Dr Aris Poniman Kertopermono, penginderaan jarak jauh dapat dijadikan sebagai salah satu kebijakan penglolaan hutan. ”Dengan Inderaja (Penginderaan Jauh, Red) kita dapat mengevaluasi titik point kerusakan hutan yang ada di suatu daerah,” tutur Aris, Deputi Survei Dasar dan Sumber Daya Alam, BAKOSURTANAL. ”Namun hingga saat ini, belum adanya penyebaran data yang optimal di setiap instansi yang membutuhkan,” tambah Aris.

Selain itu juga, Ir Nur Hidayat Dipl Ing, menambahkan untuk saat ini sebenarnya LAPAN juga mempunyai teknologi terbarukan yang berbasis penginderaan jarak jauh. ”Namun hambatan yang kami hadapai saat ini yaitu kurangnya SDM yang dapat ditempatkan di daerah terpencil sehingga masih terasa belum optimal,” paparnya.

Dalam acara simposium ini turut pula hadir Ir Dedy Sufredi Msi, yang menggantikan Menteri Kehutanan, M.S Kaban, sebagai keynote speaker. Beberapa hal, yang disampaikan Dedy Sufredi di awal acara merupakan pesan Menteri Kehutanan yang pada waktu itu berhalangan hadir. ”Mengingat kondisi hutan indonesia yang semakin buruk, diharapkan dalam acara ini dapat diambil kesepakatan untuk menyusun arah kebijakan guna memperbaiki hutan,” tuturnya.

Simposium yang digelar di Auditorium Pasca Sarjana ini pun membuahkan beberapa kesepakatan sebagai salah satu tindakan penyelamatan hutan. Diantaranya, diperlukan pengelolaan dan penerimaan data citra satelit yang mandiri, mempercepat tersedia peta seluruh Indonesia guna pengembangan potensi daerah, mengintensifkan hasil data citra satelit serta diperlukan kesatuan dari berbagai instansi untuk saling mnedukung. ”Selain itu pula, tindakan aktif mahasiswa untuk menyelamatkan hutan tidak hanya berupa karya ilmiah,” tutur Dr Ir teguh Hariyanto Dosen Teknik Geomatika ITS , yang turut pula menjadi pemateri dalam simposium nasional tersebut.

Sumber : www.geomatika.its.ac.id

No comments:

Post a Comment